Editor : Wiranda Yudhis Arjuna
/1/
telah aku lalui jejak dari tikungan ke tikungan firmaNya. tak pernah aku melihat diriMu yang begitu Agung menebar kasih
dari pesawat boeing itulah kulihat kekerdilan siapa pun yang selalu angkuh dalam membuka lembaran kabut dan kumpulan awan
aku pasrah membawa diri ke ruang tak terhingga. sedangkan butiran zarah seperi bintik-bintik kehidupan yang begitu singkat dalam catatan
/2/
dari ketinggian hati yang membawa keangkuhan, diri ini hanya seberkas catatan tanpa tulisan. karena kata kata yang sudah disiapkan selalu lenyap ke dalam doa doa panjang
terbang bersama pesawatMu yang perkasa, aku hanya tunduk dalam ketidakberdayaan. karena dari tiap garis batas yang dilewati, doa dan zikir menjadi dekat antara Kau dan aku
/3/
di pesawat inilah kepasrahan segala harapan. untuk tiba pada tujuan, hanya tabir yang membatasi kehidupan dan kematian
besar dalam tatapan mataku, hakikatnya tak terlihat di antara jarak. hanya Kau yang kulihat dari balik kaca, meski asap dan kabut memggumpal ke dalam imanku padaMu
/4/
aku hanya diam dalam gemuruh pesawat. istri dan anak anakku seperti serpihan kertas yang Kau sobek ke ruang-ruang tak terhingga
ia bertaburan ke dalam kabut. hanya doa menghimpun keyakinan. karena Engkau penyempurna tiap cerita antara aku, istri dan anak-anakku
aku terpatung dalam lilitan waktu. dalam hari hari jenuh di pesawat. dari tiap wajah penumpang, hanya menanti kematian ketika batas itu terlampaui
/5/
pada tekanan udara di ruang hatiku, kupingku menasihati seperti ibu. ia berkeratak melewati musim
karena pesawat dan rambu maut terus berkata sebagai keabadian. sebab terbang bersama angin dalam pesawat; kuserahkan hidup mati ini lewat doa dan sujud terakhir.
Jakarta, Januari 2019
karya : Anto Narasoma