Cerpen | “Yang Telah Hilang”

BERBAGI

“Kakak.. Adek mau ke supelmalket , Kak Lon! Adek mau lollipop sama coklat dailymilk kakaaaaaaaaaaaaaaaaak!” rengek Aldi. Ugggggh, bocah berumur 6 tahun itu selalu merepotkanku . Tiada hari tanpa rengekan dia. YaAllah, sabarkanlah hatiku. Meskipun hari ini adalah tanggal 5 November, baru masuk awal bulan . Namun tetap saja aku belum mendapatkan penghasilan dari bosku.

Yeaah, kami hanya hidup berdua saja, karena ayah dan ibuku sudah lama menghadap-Nya. Sejak ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan tragis di Trenggalek 5 tahun silam , aku terpaksa harus mengubur hidup-hidup cita-cita yang telah kubangun. Hmmh, pekerjaanku sebagai buruh pabrik tentu saja tidak bisa memberikan penghasilan yang menjanjikan , terlebih untuk melanjutkan pendidikan kami. Makan aja susah! Apalagi mau sekolah. Punya televisi aja udah untung – untungan meskipun sudah butut dan hampir kujual ke tukang rongsok.

Namaku Roni Anggara , umurku 20 tahun. Haha sudah tua yaa, apalagi jika kamu melihat wajahku, sepintas pasti kamu akan mengira aku berusia 25 tahun keatas, gumamku dalam hati. Aku sangat menyayangi adik semata wayangku yang masih berumur 6 tahun itu. Meskipun terkadang aku kesal dengan tingkah lakunya, tapi tetap saja rasa sedih dan kasihan ku lebih besar kepadanya.

Bayangkan saja, ia baru berumur satu tahun ketika kejadian tragis itu menimpa keluarga kami. Tiada hari tanpa tangisannya, entah karena ditinggal orang tua atau ada saja yang diinginkannya. Dan tak terasa air mataku pun mengalir deras, tanpa kusadari aliran itu.  Dan seketika aku tersadar dari lamunanku ketika Aldi mengejutkanku “Lohh kakak? Kakak kok nangis? Kakak? Kak Lon?” .

Ia pun terbengong – bengong melihatku , aku terkejut setelah diguncang-guncang olehnya. Segera kuhapus air mataku. Dan aku tersenyum kepada adik terkasihku itu. Lalu aku memberikan sedikit pengertian kepadanya bahwasanya aku belum menerima upah sepeserpun atas kerja kerasku. Iapun mengangguk , entah karena ia iba melihatku, atau bagaimana, aku tidak paham. Yang jelas aku lega, karena ia tidak menangis lagi .

“Kakak janji , kakak akan belikan adek lollipop dan coklat dairy milk jika kakak sudah gajian nanti,ya dek” gumamku dalam hati, Kulihat dia kembali menyibukkan diri dengan TV butut kesayangannya. Akupun berdo’a dalam hati . Ya Allah , bukakanlah pintu rezeki yang seluas-luasnya kepada keluarga hambamu ini. Izinkan aku dapat menyekolahkan adikku setinggi-tingginya. Aku tidak ingin ia merasakan hal pahit seperti ini ketika dewasanya nanti. Aamiin (Nadya Syafira Putri)

TAMAT

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here